https://bekasi.times.co.id/
Ekonomi

Beras Produksi Petani Pacitan Masih Belum Berstandar Ekspor, Ini Biang Keladinya

Jumat, 25 Juli 2025 - 14:32
Beras Produksi Petani Pacitan Masih Belum Berstandar Ekspor, Ini Biang Keladinya Petani di Pacitan saat panen padi di sawah. (FOTO: Dok TIMES Indonesia)

TIMES BEKASI, PACITANKabupaten Pacitan dikenal sebagai salah satu daerah lumbung padi di selatan Jawa Timur. Namun, hingga saat ini, beras produksi petani lokal belum berhasil menembus pasar ekspor.

Salah satu penyebab utamanya adalah belum terpenuhinya standar mutu beras internasional yang menjadi syarat utama ekspor pangan.

Kepala Bidang Sarana, Prasarana, dan Penyuluh Pertanian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pacitan, Susilo Budi, menyebut, kendala utama terletak pada fasilitas laboratorium uji mutu beras yang belum tersedia di Pacitan.

Akibatnya, petani harus mengeluarkan biaya dan waktu tambahan untuk menguji beras ke luar daerah.

“Karena di Kabupaten Pacitan belum memiliki laboratorium uji mutu beras, maka apabila dibutuhkan uji mutu beras, kami akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur,” jelas Susilo Budi saat dikonfirmasi, Jumat (25/7/2025).

Langkah tersebut dilakukan dengan merujuk ke laboratorium yang dimiliki UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang – Lembaga Tembakau (PSMB-LT) milik Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Timur. Laboratorium ini telah memiliki fasilitas pengujian mutu untuk beras dan serealia.

Menurut Susilo, untuk dapat menguji beras, petani atau pelaku usaha cukup mengisi formulir secara daring. Setelah itu, sampel beras sebanyak dua kilogram bisa dikirim sesuai prosedur yang telah ditetapkan pihak laboratorium.

Kendati belum memiliki laboratorium sendiri, Pemkab Pacitan telah menerbitkan nomor registrasi Pangan Segar Asal Tumbuhan Produksi Dalam Negeri Usaha Kecil (PSAT PDUK).

Selain itu, juga dilakukan pengambilan sampel untuk uji cepat kandungan klorin sebagai bagian dari pengawasan keamanan pangan.

“Ini untuk mendukung mutu dan keamanan pangan, sekaligus sebagai bagian dari upaya membuka peluang ekspor ke depannya,” tandas Susilo.

Standar Laboratorium Uji Beras yang Tinggi

Penyebab utama beras local Pacitan gagal eskpor adalah belum terpenuhinya standar mutu internasional, termasuk kadar air, derajat sosoh, dan persyaratan laboratorium yang ketat.

Plt Kabid Perdagangan Disdagnaker Pacitan, Wahyu Dwi Cahyono, sebelumnya menjelaskan bahwa standar ekspor beras cukup rinci.

Beberapa poin penting antara lain kadar air maksimal 14 persen, derajat sosoh 100 persen, serta butir patahan tidak lebih dari 15 persen. Selain itu, produk harus lolos uji laboratorium dan memiliki sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Tapi itu tergantung permintaan luar negeri. Soalnya mereka punya standar sendiri,” ujar Wahyu.

Potensi Produksi Beras Cukup Besar

Sementara itu, dari sisi produksi, Pacitan tercatat memiliki potensi yang cukup besar. DKPP Pacitan memperkirakan produksi padi tahun ini akan mengalami peningkatan.

Hingga awal April 2025, luas tanam padi telah mencapai 3.316 hektare, dan total luas panen diproyeksikan menyentuh angka 23.646 hektare.

Kecamatan Punung tercatat sebagai wilayah dengan luas panen tertinggi mencapai 4.884 hektare, disusul Tulakan 1.477 hektare, dan Nawangan 713 hektare. Beberapa kecamatan lain seperti Arjosari, Kebonagung, dan Pringkuku juga mencatatkan luas panen lebih dari 900 hektare.

Namun demikian, jika mengacu pada data dua tahun terakhir, tren produksi padi di Pacitan justru menunjukkan penurunan.

Pada 2022, Pacitan menghasilkan 163.733 ton padi dari luas tanam 35.145 hektare. Sedangkan pada 2023, jumlahnya menurun menjadi 158.373 ton dari luas tanam 31.303 hektare. Penurunan ini disebabkan mundurnya musim tanam akibat cuaca kering berkepanjangan. (*)

Pewarta : Yusuf Arifai
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Bekasi just now

Welcome to TIMES Bekasi

TIMES Bekasi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.